Nahkoda Hilang Dibuang di Tengah Laut Selat Malaka, ABK Jarah Isi Kapal

Konferensi pers kasus nahkoda dibuang di laut Selat Malaka. f : ist
JAKARTA, detak24com – Polisi ungkap kasus nahkoda hilang dibuang di laut perairan Selat Malaka oleh ABK. Mereka kemudian kabur dan menjual barang-barang yang ada dalam kapal.
Kasubdit Gakkum Ditpolair, Kombes Donny Charles Go mengatakan, setelah kejadian nahkoda dibuang, kapal Poseidon 3 merapat di perairan Bangka Belitung. Kemudian ABK berinisial B dan R menjual barang-barang yang ada di kapal Poseiodon 3.
Baca juga : Kapolres Dumai dan Polisi Malaysia Runding di Tengah Laut, Bahas Kejahatan Lintas Negara
“Tanggal 27 itu juga kapal Poseidon 3 ini merapat di perairan Belitung. Di situ KKM inisial B dan salah satu ABK berinisial R ini menjual semua barang-barang yang ada di atas kapal Poseidon 3,” tuturnya dalam konferensi pers di Mako Korpolairud, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (25/04/25).
ABK itu menjual cumi hasil tangkapan selama berlayar serta berbagai alat navigator dan satelit kapal. Total taksiran nilai barang-barang yang dijual itu kurang lebih mencapai Rp 400 juta.
“Yang dijual itu adalah hasil tangkapan cumi, BB untuk keperluan berlayar, termasuk alat navigator, spare part, ada juga alat satelit. Kemudian berdasarkan hasil pelaporan dari pemilik kapal, nilai-nilai barang yang hilang dan digelapkan itu sejumlah kurang lebih 400 juta,” ungkapnya.
Diketahui, seorang nahkoda hilang setelah keluarganya melaporkan pada Subdit Penegakan Hukum (Gakkum) Ditpolair Polda Metro Jaya. Berbekal dari laporan keluarga pada 6 April 2024 itu, Gakkum Ditpolair melakukan penyelidikan.
Dari hasil penyelidikan, Kasubdit Gakkum Ditpolair menetapkan dua orang tersangka. Yakni, satu orang petugas kamar mesin dan satu ABK. Keduanya dibekuk di Sorolangun, Jambi.
“Subdit Gakum Ditpolair Bahakam Polri dibantu oleh Satreskim Polres Sorolangun, dan Polsek setempat, berhasil mengamankan dua orang pelaku. Tanpa ada perlawanan, ya kita amankan yang bersangkutan,” kata Kombes Donny.
Dalam pemeriksaan itu terungkap, setelah lima hari kapal berlayar, nahkoda terlibat cekcok dengan Kepala Kamar Mesin (KKM). Cekcok tersebut disebabkan hasil tangkapan cumi yang tidak banyak.
“Lima hari berselang, 5 hari berselang yaitu tepatnya tanggal 24 Maret 2024, terjadi keributan antara nahkoda dan salah satu KKM-nya,” tuturnya menjelaskan hasil pemeriksaan.
“Keributan ini dipicu karena nahkoda mendapati KKM ini sedang tidur-tiduran di saat hasil tangkapan ikan, tangkapan cumi tidak banyak,” tambahnya.
Pada pemeriksaan itu juga baru diketahui nahkoda sudah tidak lagi bersama dengan ABK pada (27/04/24). Dalam pemeriksaan itu, mereka tidak mengetahui pasti siapa yang membuang nakhoda. Namun mereka mendengar ada teriakan nahkoda minta tolong, sehingga terdapat dugaan nahkoda dibuang.
“Kami dapat beberapa bahan-bahan penting yang menyebutkan bahwa pada tanggal 27, nahkoda kapal sudah tidak bersama-sama lagi di atas kapal Poseidon 3,” tuturnya.
Setelah kejadian nahkoda dibuang di laut tersebut, diketahui para ABK tidak kembali ke Jakarta sebagai tempat awal melaut. ABK kapal Poseidon 3 ditemukan terpencar di berbagai wilayah Indonesia.
“Mereka menduga bahwa nahkoda kapal ini telah dibuang, tetapi mereka tidak tahu siapa yang membuang. Di antara mereka ada yang mendengar nahkoda kapal ini teriak minta tolong pada saat berada di atas, lalu mereka tidak sanggup menolong,” tambahnya. (Rls)
Editor : kar