Supir Bus Maut Konsumsi Sabu dan Tak Punya SIM

Surabaya, detak24. com – Supir bus maut di tol Surabaya-Mojokerto yang menewaskan 14 orang, selain tidak memiliki SIM, juga terindikasi mengonsumsi sabu sebelum kecelakaan terjadi. 

Supir bus pariwisata PO Ardiansyah, Ade Firmansyah menurut aparat kepolisian terindikasi mengonsumsi sabu sebelum kecelakaan maut. Hal ini diketahui usai polisi melakukan tes urine pada sang sopir. Sebelumnya, kecelakaan maut di KM 712.400 Tol Surabaya-Mojokerto ini menewaskan 14 orang dan 19 lainnya luka.

“Ternyata setelah kami dalami dari pengemudi, ada indikasi menggunakan sejenis sabu. Hari ini kami mengambil darah untuk dikirim ke Labfor, untuk memastikan kandungan apa yang ada di pengemudi. (Itu) hasil tes urine sementara pengemudi,” kata Dirlantas Polda Jatim Kombes Latief Usman kepada wartawan di Polda Jatim, dikutip Rabu  (18/05/2022).

Sedangkan dari hasil identifikasi, Latief menyebut jumlah penumpang bus ada 34 orang. Sedangkan, kapasitas maksimal 37 orang. Artinya, tidak ada kelebihan muatan.

ADVERTISEMENT

“Penumpang secara keseluruhan ada 34, setelah kami identifikasi lebih lanjut dari kapasitas 37. Jadi memang tidak over load dan masih layak,” ungkap Latief.

Selain diduga mengonsumsi sabu, sang sopir ternyata tak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Warga Sememi, Benowo, Pakal, Surabaya itu disebut sebagai sopir pengganti.

Diketahui, kecelakaan ini berlangsung pada Senin (16/5/2022) pagi. Saat itu, bus Pariwisata Ardiansyah bernopol S 7322 UW menabrak tiang pesan-pesan (variable message sign/VMS).

“Sopir ini ternyata, yang nyetir ini, tidak memiliki SIM,” kata Latief.

Untuk itu, polisi akan mendalami apakah Ade ini merupakan sopir cadangan atau hanya kernet yang diperbantukan dalam mengemudikan bus. Pendalaman ini dengan memeriksa PO bus tersebut.

“Makanya kami akan cari tahu statusnya, apakah dia ini sopir cadangan atau hanya kernet. Nah ini kan kami akan tanya lebih lanjut, dan pihak perusahaan akan kita tanyai, dan mintai keterangan,” papar Latief.

“Sejauh mana mereka merekomendasikan dan melepas kendaraan ini kepada sopir ini. Pesan dari kapan, dan sopir, perusahaan harus menginformasikan pertanggungjawaban juga terhadap orang yang memesan. Ini akan kami dalami lebih lanjut ke perusahaannya juga,” imbuhnya.

Untuk mendalami dugaan penggunaan obat-obatan terlarang ini, polisi memastikan akan segera memeriksa PO bus tersebut. Latief mengatakan, pemeriksaan akan berfokus pada armada sopir. Polisi ingin menggali apakah para sopir PO Ardiansyah berpengalaman atau tidak.

“Kami lebih mendalami lagi PO ini, perusahaan ini, pekerja driver-nya ini, sudah lama bekerja dan pengalamannya, juga kami dalami,” ungkap Latief.

Latief menegaskan, berdasarkan data awal yang diterima Ditlantas Polda Jatim, bus tersebut keluaran tahun 2007. Dari hasil olah TKP, Latief memastikan jika di lokasi kejadian kecelakaan tidak ada bekas pengereman.

Sementara itu, polisi memastikan jika bus ini sempat berganti pengemudi di rest area.

“Iya (rest area) di KM 695. Jadi sopir ini baru 17 kilometer, dengan KM 712 ini (TKP kecelakaan),” tandas Latief.

Saat ini, polisi sedang mendalami apakah bus tersebut masih layak atau tidak. Pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Perhubungaan untuk mengetahui secara pasti apakah bus tersebut sudah uji KIR atau tidak.

“Ini kami masih koordinasi dengan Dinas Perhubungan, dengan ATPM, KIR-nya kapan, masih layak atau tidak. Nanti kami uji secara teknis secara mendalam menggunakan alat ATPM dari Dishub yang berkompeten melakukan pengujian layak dan tidaknya kendaraan,” papar Latief.

Sebelumnya, Bus Ardiansyah bernopol S 7322 UW menabrak tiang Variable Message Sign (VMS) hingga terguling di KM 712.400A Tol Surabaya-Mojokerto (Sumo), Senin (16/5/2022). Bus pariwisata ini mengangkut rombongan wisatawan yang akan pulang ke Kelurahan Benowo, Pakal, Surabaya. Sebanyak 32 penumpang bus habis berwisata ke Dieng, Wonosobo dan Malioboro, Yogyakarta. Dalam kejadian ini, 14 orang meninggal dan 19 lainnya mengalami luka.(dtc)

Editor : Kar

ADVERTISEMENT