Ia lalu berujar, “Posisi kami sangat sederhana. Orang seperti dia, kami tak akan membiarkan mereka masuk.”
Shanmugam juga meminta masyarakat Singapura agar berhati-hati menyikapi keterlibat penceramah luar negeri dan ajarannya yang memecah belah.
“Gunakan penilaian Anda. Anda tahu apa yang menjadikan Singapura maju. Anda tahu apa yang baik untuk diri Anda dan masyarakat,” imbuh dia.
Lebih lanjut Shanmugam berkata, semua ornag bebas menjalankan ibadah mereka di Singapura. Setiap orang juga bebas percaya atau tidak terhadap Tuhan atau memercayai Tuhan mana pun.
“Kita tak perlu melewati batas dan menyerang orang lain,” ucap Shanmugam.
Mendagri itu juga membeberkan sebetulnya banyak penceramah seperti UAS di berbagai belahan dunia. Menurut dia, orang-orang itu biasanya menyerang agama lain.
“Ini bukan kasus yang unik dalam komunitas tertentu. Jika kalian melihat penceramah dari Indonesia, mereka menyerang Kristen, mereka menyerang non-Muslim,” ucap dia.
AS menjadi perhatian publik usai mengklaim dirinya dideportasi Singapura. Pernyataan ini, ia sampaikan melalui media sosial Instagram pada Selasa (17/5).
“UAS di ruang 1×2 meter seperti penjara di imigrasi, sebelum dideportasi dari Singapore,” tulisnya di Instagram.
Ia mengaku pergi ke Singapura untuk berlibur bersama keluarga dan sahabatnya. Setiba di negara itu keluarga dan sahabatnya diperkenankan masuk. Namun, seorang petugas menarik UAS. Padahal, kata dia, mereka sudah melengkapi seluruh dokumen.
Tak lama setelah itu, Kementerian Dalam Negeri Singapura buka suara dengan menyebut UAS ekstremis dan menyebarkan segregasi. Sikap yang demikian tak bisa diterima di wilayah yang multiras dan multi agama.(CNN)