Dibangun Sepanjang 13,5 Km, Jembatan Bahtera Penghubung Babel dan Sumatera Telan Rp 15 Triliun 

Spek jembatan Batam-Bintan yang dibangun tahun 2024. F : IST
Spek jembatan Batam-Bintan yang dibangun tahun 2024. F : IST

BABEL, detak24com – Pembangunan jembatan Bahtera penghubung antara Provinsi Kepulauan Babel (Bangka Belitung) dan Sumatera, belum selesai hingga tahun 2024 ini.

Dikutip, Kamis (24/10/24), jembatan Bahtera dibangun dengan anggaran kurang lebih mencapai Rp 15 triliun, dengan panjang sekitar 13,5 Km.

ADVERTISEMENT

Jembatan Bahtera ini nantinya akan menghubungkan antara Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan Provinsi Sumatera Selatan.

Jembatan sepanjang 13,5 kilometer ini akan dibangun di Desa Sebagin, Kabupaten Bangka Selatan, ke Desa Tanjung Tapak, Sumatera Selatan.

Melansir dari laman serumpun.babelprov.go.id, pada 22 Oktober 2024, sebelumnya, Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Kopan Berjaya, Rimso Maruli Sinaga, menawarkan investor kepada Pemprov Kepulauan Bangka Belitung, untuk melakukan pembangunan Jembatan Bahtera ini.

Hal itu pun diungkapkan oleh Rismo Maruli Sinaga saat bertemu dengan Penjabat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Suganda Pandapotan Pasaribu, di Gedung Rumah Dinas Gubernur, pada 25 September 2023 lalu.

Sebagai seorang pengusaha, Rismo menginginkan pihaknya terlibat dalam membangun Kepulauan Bangka Belitung, khususnya dalam pembangunan jembatan ini.

Diberitakan sebelumnya, pembangunan jembatan ini sudah sampai pada tahapan penyelesaian studi kelayakan atau feasibility study (FS), dan sudah ada di Bappeda, pada tahun 2023.

Pembangunan jembatan ini juga akan menelan biaya yang cukup fantastis, yaitu kurang lebih mencapai Rp 15 triliun.

Anggaran yang capai triliun untuk membangun jembatan ini akan bersumber dari APBN.

Di samping itu, pembangunan jembatan ini pasalnya sudah mendapat tawaran dari investor asing yaitu China untuk membangun jembatan tersebut.

Jika jembatan ini sudah selesai dibangun, maka pasokan kebutuhan masyarakat yang dipasok melalui jalur darat lebih cepat, dibandingkan menggunakan jalur laut atau jasa kapal penyebrangan.

Hal ini juga akan mendorong masyarakat di Pulau Bangka untuk lebih mudah mengirim hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan ke luar, yang selama ini terdapat kendala karena akses kurang mendukung. (*)

Editor : kar 

ADVERTISEMENT