Aksi Penimbunan dan Panic Buying Sebab Kelangkaan Migor di Pasar

Tim Kemendag dan Satgas Pangan menemukan timbunan minyak goreng pada sebuah gudang

JAKARTA, detak24.com– Kemendag sebut aksi penimbunan serta ‘panic buying’ penyebab kelangkaan minyak goreng (migor) di pasar dan ritel.

Hal itu dikatakan Sekretaris Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, I G Ketut Astawa, Selasa (1/3/2022). Menurutna, produsen minyak sawit mentah (CPO) telah memenuhi kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dengan memasok sebanyak 351 juta liter untuk kebutuhan minyak goreng dalam negeri.

ADVERTISEMENT

“Kalau kita lihat data yang ada komitmen dari produsen CPO itu sudah mencapai 351 juta liter selama 14 hari. Kebutuhan ril kita selama per bulan berkisar antara 279 sampai 300 juta liter,” kata Ketut.

Dengan pasokan CPO yang dipenuhi oleh produsen untuk kebutuhan dalam negeri, seharusnya membuat pasar dalam negeri kebanjiran produk minyak goreng dalam jangka waktu sebulan.

Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Yaitu ketersediaan produk minyak goreng masih sedikit atau langka di pasaran baik pasar modern maupun pasar tradisional.

Dia mengatakan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi bersama dengan jajarannya dan juga Satgas Pangan telah turun ke lapangan dalam beberapa minggu terakhir. Hal itu untuk mengurai simpul-simpul permasalahan yang menyebabkan pasokan minyak goreng tersendat di pasaran.

Temuan Satgas Pangan di lapngan, ada oknum-oknum yang sengaja menimbun minyak goreng dan tidak mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian, sikap panic buying masyarakat yang membeli minyak goreng secara berlebihan.

“Temuan Satgas Pangan di Sumatera Utara, termasuk di Kalimantan, dan sebagainya ada penimbunan minyak dilakukan oknum. Tim Satgas pangan kabupaten kota dan provinsi sedang melakukan langkah-langkah evaluasi tersebut,” kata dia.

Selain itu, Ketut juga mengungkapkan masih ada masyarakat yang membeli minyak goreng dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan biasanya sehingga menyebabkan ketersediaan produk yang kian menipis.

“Sikap panic buying masyarakat, karena ada informasi kekurangan ketersediaan minyak akhirnya mereka berbondong-bondong beli. Bahkan satu keluarga biasanya sudah beli, besoknya beli, sorenya beli. Sehingga kadang-kadang di salah satu ritel modern dibuka langsung habis,” katanya.

Ketut mengatakan semua pihak harus bersama-sama memberikan sosialisasi kepada masyarakat, agar tidak perlu melakukan panic buying agar ketersediaan minyak goreng tercukupi.(kpc/kar)

ADVERTISEMENT