Jakarta (DETAK24.COM) – Pernyataan putri Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi (Pepen), Ade Puspitasari soal koalisi ‘oranye-kuning’ diyakini bukan bualan semata. Warna ‘Oranye’ kini identik dengan PKS (warna baru di logo PKS), sedangkan warna kuning identik dengan Golkar.
Perihal koalisi oranye-kuning diutarakan Ade Puspitasari saat acara Pelantikan Pengurus Kecamatan (PK) Partai Golkar se-Kota Bekasi di Graha Girsang, Jatiasih, Bekasi Selatan, Sabtu (8/1/2022). Ade merupakan Ketua DPD Golkar Bekasi.
Beberapa hari berselang, PKS melempar sinyal kesiapan mereka koalisi dengan partai manapun guna mengusung Koalisi Nasionalis Religius.
“Terkait dengan pembentukan partai Islam, saya kira itu salah satu alternatif yang mungkin bila terbentuk koalisi. Tetapi sebagaimana yang menjadi keputusan dari Majelis Syuro VI pada hari ini, kita melihat bahwa suasana kenegaraan kita hari ini yang sekarang mengalami segregasi, segmentasi yang sangat luar biasa,” kata akil Ketua Majelis Syura PKS Mohamad Sohibul Iman, dalam konferensi pers Kamis (13/1/2022).
“Untuk itu, PKS ingin membangun koalisi yang lintas, tadi disebutkan nasionalis-religius, itu harus kita persatukan,” ujarnya.
Gayung bersambut, Golkar juga terang-terangan menyatakan siap membangun koalisi nasionalis-religius. Partai berlambang pohon beringin itu mengapresiasi langkah PKS dan menilai langkah itu bentuk penjajakan untuk menyamakan persepsi antarpartai.
“Langkah PKS membuka komunikasi dengan partai nasionalis religius di Pilpres 2024 harus dipahami sebagai bagian dari penjajakan untuk menyamakan persepsi dan menemukan titik temu,” kata Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily.
“Sebagai partai tengah yang berorientasi karya kekaryaan, Partai Golkar tentu berpeluang untuk membuka bekerja sama dengan partai mana pun, termasuk dengan PKS,” sambung dia.
Pengamat Politik Adi Prayitno meyakini oranye dan kuning adalah PKS-Golkar. Adi menilai potensi PKS dan Golkar berkoalisi juga terbuka lebar. Sebab, keduanya beberapa kali berada di perahu yang sama saat pilpres.
“Sangat mungkin Golkar dan PKS koalisi. Pilpres di zaman SBY, dua partai ini satu barisan dukung SBY. Bahkan, pemilu pertama era Jokowi, 2014, Golkar-PKS sama-sama dukung Prabowo. Ini modal historis yang potensial bisa jadi perekat kedua partai di pilpres 2024,” kata Adi kepada wartawan, Jumat (14/1/2022).
Apalagi sinyal koalisi itu diperkuat dengan narasi keduanya. Adi menilai di satu sisi PKS menyambut baik kode dari Golkar yang menyebut partai oranye untuk berkoalisi.
“Sinyal koalisi Golkar PKS seakan diperkuat dengan narasi koalisi nasionalis religius yang belakangan dihembuskan PKS. Secara politik ini semacam kode bahwa PKS sangat menyambut baik koalisi dengan Golkar jika yang dimaksud ‘orange’ itu adalah PKS,” ucapnya.
Di sisi lain, Adi mengatakan saat ini Golkar terlihat ingin memperbanyak partner untuk menguatkan barisan. Golkar, menurutnya, tidak ingin jadi partai pelengkap, sehingga ada kemungkinan untuk membuat poros baru.
“Sebagai partai besar tentu Golkar mau hanya jadi ‘pelengkap’ dan tentunya ingin membentuk poros politik sendiri. Dalam konteks ini sangat mungkin Golkar akan jadi pelopor gerbong baru yang akan menggandeng banyak partai termasuk PKS. Ambisi Golkar ingin majukan Airlangga membuat Golkar butuh banyak koalisi dengan partai,” ujarnya.
“Intinya, Golkar ingin jadi pelopor bikin poros di luar poros PDIP-Gerindra. Di situlah pentingnya partai seperti PKS jadi teman koalisi,” imbuh Adi.(dtc)