Militer Israel Tembak Mati Reporter Aljazirah, Dikutuk PBB-OKI serta AS

YERUSALEM, detak24. com — Jurnalis senior Aljazirah ditembak tentara Israel ketika ia tengah meliput, Rabu (11/5). Insiden penembakan yang terjadi di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat tersebut dikutuk PBB, OKI serta AS yang meminta agar diusut tuntas.

Dikutip dari reuters, Kamis (12/05/22), Jenin seperti diketahui telah menghadapi serangan tentara intensif dalam beberapa pekan terakhir saat kekerasan meningkat. Media Aljazirah berbasis di Qatar dan Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi kematian ini, Rabu (11/5).

ADVERTISEMENT

Jurnalis tersebut bernama Shireen Abu Akleh. Ia ditembak di kepala selagi liputannya tentang serangan itu. Ia kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Ibn Sina dan dinyatakan meninggal.

Dalam foto tak bertanggal yang disediakan oleh Jaringan Media Aljazirah ini, Shireen Abu Akleh, seorang jurnalis untuk jaringan Aljazirah, berdiri di sebuah area di mana Kuil Dome of the Rock di Masjid al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem terlihat di sebelah kanan. Latar Belakang. – (Al Jazeera Media Network via AP)

Wartawan lain bernama Ali Asmoadi juga terluka akibat tembakan senjata dan dalam kondisi stabil. Menurut seorang saksi mata, Abu Akleh mengenakan rompi pers ketika dia dan wartawan lainnya menjadi sasaran penembak jitu Israel.

Dalam sebuah pernyataan, Israel mengatakan pasukannya telah menembak balik setelah mendapat tembakan besar-besaran di Jenin. Menurut mereka, ada kemungkinan bahwa wartawan mungkin terkena oleh tembakan yang ditembakkan oleh orang-orang bersenjata Palestina. Insiden ini pun masih diselidiki.

Seorang jurnalis Palestina yang berdiri di samping Abu Akleh ketika dia ditembak, Shatha Hanaysha, mengatakan, tidak ada konfrontasi antara pejuang Palestina dan tentara Israel. Hanaysha mengatakan, kelompok jurnalis telah menjadi sasaran serangan Israel.

“Kami empat wartawan, kami semua memakai rompi, semua memakai helm. Tentara pendudukan (Israel) tidak berhenti menembak bahkan setelah dia pingsan. Saya bahkan tidak bisa mengulurkan tangan untuk menariknya karena tembakan. Tentara bersikeras menembak untuk membunuh,” ujar Hanaysha, kepada Aljazirah.

Abu Akleh adalah salah satu koresponden lapangan pertama, yang bergabung dengan Aljazirah pada 1997. Wartawan Aljazirah lainnya, Ali Samoudi, juga ditembak dengan peluru tajam di punggung. Samoudi telah menerima perawatan medis, dan dilaporkan dalam kondisi stabil.

Kepala Biro Aljazirah di Ramallah, Walid al-Omary, mengatakan, tidak ada penembakan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata Palestina. Sementara militer Israel mengatakan, mereka diserang dengan tembakan senjata berat dan bahan peledak saat beroperasi di Jenin, sehingga terpaksa membalas. 
“Menargetkan Shireen adalah penargetan yang jelas terhadap kebenaran, dan (Israel) ingin menutupi kejahatannya terhadap rakyat Palestina. Israel ingin mengirim pesan kepada wartawan di seluruh dunia bahwa, nasib siapa pun yang ingin menutupi kebenaran akan ditembak dan dibunuh,” ujar juru bicara kelompok Fatah, Osama al-Qawasami.

Menteri Luar Negeri Yair Lapid, menawarkan penyelidikan patologis bersama atas kematian Abu Akleh. Dia menambahkan, wartawan harus dilindungi di zona konflik. Kematian Abu Akleh menuai kesedihan bagi warga Palestina dan komunitas internasional. Mereka mengungkapkan kesedihan di media sosial.

“Pasukan pendudukan Israel membunuh jurnalis tercinta kami Shireen saat meliput kebrutalan mereka di Jenin pagi ini. Shireen adalah jurnalis Palestina paling terkemuka dan teman dekat,” ujar Duta Besar Palestina untuk Inggris, Husam Zomlot.

Direktur Pelaksana Aljazirah, Giles Trendle, mengaku terkejut dan sedih dengan kematian Shireen Abu Akleh. Dia menyerukan penyelidikan transparan atas pembunuham Abu Akleh.

“Sebagai jurnalis, kami terus bekerja. Misi kami adalah untuk melanjutkan.Kami tidak akan dibungkam meskipun ada upaya untuk membungkam kami. Misi kami adalah selalu melanjutkan untuk memberi tahu dunia apa yang sedang terjadi. Dan itu lebih penting,” ujar Trendle.

Sejumlah aktivis yang mengenal Abu Akleh menggambarkan dia sebagai sosok pemberani, baik hati, dan mewakili suara rakyat Palestina. Seorang aktivis di kelompok kampanye, Avaaz, Fadi Quran mengatakan, Abu Akleh adalah jurnalis pemberani, baik hati, dan berintegritas tinggi.

Atas kejadian tak berperikemanusiaan ini, PBB serta negara-negara OKI melancarkan kutukan keras. Sementara AS meminta agar kasus tersebut diusut tuntas.

(Reuters)

Editor : Kar

entara Israel ketika ia tengah meliput, Rabu (11/5). Insiden penembakan yang terjadi di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat tersebut dikutuk PBB, OKI serta AS yang meminta agar diusut tuntas.

Dikutip dari reuters, Kamis (12/05/22), Jenin seperti diketahui telah menghadapi serangan tentara intensif dalam beberapa pekan terakhir saat kekerasan meningkat. Media Aljazirah berbasis di Qatar dan Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi kematian ini, Rabu (11/5).

Jurnalis tersebut bernama Shireen Abu Akleh. Ia ditembak di kepala selagi liputannya tentang serangan itu. Ia kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Ibn Sina dan dinyatakan meninggal.

Dalam foto tak bertanggal yang disediakan oleh Jaringan Media Aljazirah ini, Shireen Abu Akleh, seorang jurnalis untuk jaringan Aljazirah, berdiri di sebuah area di mana Kuil Dome of the Rock di Masjid al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem terlihat di sebelah kanan. Latar Belakang. – (Al Jazeera Media Network via AP)

Wartawan lain bernama Ali Asmoadi juga terluka akibat tembakan senjata dan dalam kondisi stabil. Menurut seorang saksi mata, Abu Akleh mengenakan rompi pers ketika dia dan wartawan lainnya menjadi sasaran penembak jitu Israel.

Dalam sebuah pernyataan, Israel mengatakan pasukannya telah menembak balik setelah mendapat tembakan besar-besaran di Jenin. Menurut mereka, ada kemungkinan bahwa wartawan mungkin terkena oleh tembakan yang ditembakkan oleh orang-orang bersenjata Palestina. Insiden ini pun masih diselidiki.

Seorang jurnalis Palestina yang berdiri di samping Abu Akleh ketika dia ditembak, Shatha Hanaysha, mengatakan, tidak ada konfrontasi antara pejuang Palestina dan tentara Israel. Hanaysha mengatakan, kelompok jurnalis telah menjadi sasaran serangan Israel.

“Kami empat wartawan, kami semua memakai rompi, semua memakai helm. Tentara pendudukan (Israel) tidak berhenti menembak bahkan setelah dia pingsan. Saya bahkan tidak bisa mengulurkan tangan untuk menariknya karena tembakan. Tentara bersikeras menembak untuk membunuh,” ujar Hanaysha, kepada Aljazirah.

Abu Akleh adalah salah satu koresponden lapangan pertama, yang bergabung dengan Aljazirah pada 1997. Wartawan Aljazirah lainnya, Ali Samoudi, juga ditembak dengan peluru tajam di punggung. Samoudi telah menerima perawatan medis, dan dilaporkan dalam kondisi stabil.

Kepala Biro Aljazirah di Ramallah, Walid al-Omary, mengatakan, tidak ada penembakan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata Palestina. Sementara militer Israel mengatakan, mereka diserang dengan tembakan senjata berat dan bahan peledak saat beroperasi di Jenin, sehingga terpaksa membalas. 
“Menargetkan Shireen adalah penargetan yang jelas terhadap kebenaran, dan (Israel) ingin menutupi kejahatannya terhadap rakyat Palestina. Israel ingin mengirim pesan kepada wartawan di seluruh dunia bahwa, nasib siapa pun yang ingin menutupi kebenaran akan ditembak dan dibunuh,” ujar juru bicara kelompok Fatah, Osama al-Qawasami.

Menteri Luar Negeri Yair Lapid, menawarkan penyelidikan patologis bersama atas kematian Abu Akleh. Dia menambahkan, wartawan harus dilindungi di zona konflik. Kematian Abu Akleh menuai kesedihan bagi warga Palestina dan komunitas internasional. Mereka mengungkapkan kesedihan di media sosial.

“Pasukan pendudukan Israel membunuh jurnalis tercinta kami Shireen saat meliput kebrutalan mereka di Jenin pagi ini. Shireen adalah jurnalis Palestina paling terkemuka dan teman dekat,” ujar Duta Besar Palestina untuk Inggris, Husam Zomlot.

Direktur Pelaksana Aljazirah, Giles Trendle, mengaku terkejut dan sedih dengan kematian Shireen Abu Akleh. Dia menyerukan penyelidikan transparan atas pembunuham Abu Akleh.

“Sebagai jurnalis, kami terus bekerja. Misi kami adalah untuk melanjutkan.Kami tidak akan dibungkam meskipun ada upaya untuk membungkam kami. Misi kami adalah selalu melanjutkan untuk memberi tahu dunia apa yang sedang terjadi. Dan itu lebih penting,” ujar Trendle.

Sejumlah aktivis yang mengenal Abu Akleh menggambarkan dia sebagai sosok pemberani, baik hati, dan mewakili suara rakyat Palestina. Seorang aktivis di kelompok kampanye, Avaaz, Fadi Quran mengatakan, Abu Akleh adalah jurnalis pemberani, baik hati, dan berintegritas tinggi.

Atas kejadian tak berperikemanusiaan ini, PBB serta negara-negara OKI melancarkan kutukan keras. Sementara AS meminta agar kasus tersebut diusut tuntas.

(Reuters)

Editor : Kar

ADVERTISEMENT