Denpasar, detak24.com — Aparat kepolisian terpaksa membubarkan aksi damai yang dilakukan oleh sejumlah warga negara asing (WNA) asal Ukraina di depan Monumen Bajra Sandhi, Renon, Kota Denpasar, Selasa (1/3) petang. Aksi tersebut dikuatirkan dapat mengganggu khidmatnya perayaan Nyepi di daerah itu.
Sejumlah warga Ukraina awalnya datang berkelompok sekitar pukul 15.55 Wita. Mereka berkumpul di depan Monumen Bajra Sandhi dengan membawa bendera Ukraina dan juga poster untuk melakukan aksi damai atas perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina. Namun, karena tidak memiliki izin, aksi tersebut akhirnya dibubarkan.
Aksi kemudian berlanjut di Kantor Konsulat Ukraina, Jalan Gurita Pegok, Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Bali. Mereka memenuhi halaman Kantor Konsulat Ukraina. Sekitar pukul 16.59 Wita, massa yang datang semakin banyak hingga meluber ke jalanan. Kendati demikian aksi itu berlangsung dengan tertib.
Kabag Ops Polresta Denpasar, Kompol I Made Uder mengatakan, untuk aksi mereka di depan Monumen Bajra Sandhi terpaksa dibubarkan karena mereka tidak memiliki izin.
“Kita ikut prihatin terhadap negara mereka. Tapi, cara mereka ada prosedurnya gunakan aturan. Sudah saya bubarkan sudah selesai tidak mengantongi izin apapun, kan orang asing tidak boleh sembarang. Tidak ada izin, karena mereka belum mengajukan izin, karena tidak (sesuai) prosedur,” kata Uder, saat dihubungi Selasa (1/3).
Selain itu, menurutnya saat ini adalah rangkaian Hari Raya Nyepi dan seharusnya tidak ada keramaian di depan Monumen Bajra Sandhi.
“Kita akan Hari Raya Nyepi, silent day, mereka juga tidak menghargai malahan dia membuat keramaian. Orang asing, memang harus ada prosedur, ada konsulat di Indonesia, kan punya aturan,” ujarnya.
Sementara Alissa, salah seorang warga Ukraina yang ikut dalam aksi damai tersebut meminta maaf atas aksi damai di Monumen Bajra Sandi yang tidak berizin.
“Kami peduli pada perdamaian tanpa perang. Tidak hanya orang Ukraina, Rusia, semua orang asing boleh bergabung dengan kami. Kami, minta maaf karena melanggar peraturan, kami harus punya izin, mohon maaf untuk itu. Kami hanya perlu membela tanah air kami, karena semua orang tinggal di penampungan. Tidak bisa tinggal di rumah,” ujarnya.(cnn)
Editor : Kar
Terimakasih telah mengunjungi website kami. Ikuti kami terus di https://detak24.com