UKRAINA, detak24.com – Wakil Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, Kyrylo Tymoshenko, menyatakan sebanyak 5.208 orang di kota-kota yang terkepung oleh pasukan Rusia, telah dievakuasi melalui koridor kemanusiaan pada Sabtu, 26 Maret 2022. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan 7.331, yang berhasil melarikan diri pada hari sebelumnya.
Tymoshenko mengatakan dalam sebuah posting online, 4.331 orang yang telah diungsikan adalah dari Kota Mariupol. Seperti dikutip dari Reuters pada Minggu, 27 April 2022, Wali Kota Mariupol Vadym Boicheno mengatakan, situasi di kota pelabuhan selatan itu masih tetap kritis, dengan pertempuran terjadi di tengah jalan.
Mariupol telah dihancurkan oleh tembakan Rusia selama berminggu-minggu. Saat pidato yang disampaikan secara virtual di Parlemen Italia, Senin, 21 Maret 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, Mariupol sudah tidak lagi tersisa apa-apa usai dibombardir pasukan Rusia.
Rusia mengatakan pekan lalu telah mengevakuasi beberapa ratus ribu orang dari zona perang. Akan tetapi, Ukraina mengatakan ribuan penduduknya, termasuk dari Mariupol, telah dideportasi secara ilegal.
PBB telah mengkonfirmasi 1.104 kematian warga sipil dan 1.754 cedera di Ukraina dan mengatakan jumlah sebenarnya kemungkinan lebih tinggi. Ukraina mengatakan 136 anak telah terbunuh.
Kantor berita Interfax melaporkan pada hari Jumat, Kementerian pertahanan Rusia mengklaim 1.351 tentara Rusia tewas dan 3.825 terluka. Sementara, Ukraina mengatakan 15.000 tentara Rusia telah tewas.
Volodymyr Zelensky sendiri sudah menuntut negara-negara Barat menyediakan perangkat keras militer yang lebih berguna bagi negaranya. Melalui pidato rutin yang dibagikan lewat video pada Sabtu malam, Zelensky sampai bertanya-tanya apakah Barat takut kepada Moskow.
Rusia menginvasi Ukraina sudah berlangsung lebih dari satu bulan. Konflik di medan peperangan yang memburuk menandakan belum ada solusi untuk masalah ini.
Ukraina adalah negara pecahan eks Uni Soviet yang ingin bergabung NATO dan Uni Eropa. Kehendak Ukraina itu, dianggap Rusia bisa mengurangi pengaruh dan mengancam keamanannya di kawasan.(tempo)